Hidupku dalam Tulisan

tentang aku, kamu, dia dan juga mereka

Big Reds Anthem

Big Reds Anthem


MANY MILES AWAY FROM ANFIELD
ACROSS FEW OCEANS FROM THE 'POOL
RIGHT IN THE HEART OF SOUTH EAST ASIA
WE KNOW THE KOP WILL ALWAYS RULE

ALL 'ROUND THE FIELDS OF INDONESIA
WE STAND TOGETHER, BIG AND PROUD
AND WITH THE LIVERBIRD UPON OUR CHESTS
WE LOVE TO SING, WE LOVE TO SHOUT

BIG REDS, BIG REDS
THE ONE FOR YOU AND ME
WE'RE MORE THAN JUST SUPPORTERS
WE ARE ONE FAMILY

BIG REDS, BIG REDS
WE KNEW IT'S MEANT TO BE
A MATCH MADE IN HEAVEN
IT'S US AND L.F.C.

THROUGH THE WIND AND THROUGH THE RAIN
THROUGH THE LONG AND WINDING ROAD
THROUGH ALL THE DRAMAS AND THE PAIN
WE'LL NEVER LET THEM WALK ALONE

SOMETHING IN THE WAY THEY PASS AND MOVE
TO THE KOP'S LOUD BATTLE CRY
AND SWAYING TO THE GREAT LIVERPOOL GROOVE
TOWARDS THE GLORIOUS GOLDEN SKY

YNWA

Read More >>

antara Kopling dan Gas

Roda Empat Kopling dan Gas
Seperti burung yang ingin terbang menjelajahi luasnya langit, dan bagaikan ikan yang berenang mengarungi dalamnya samudera. Aku sebagai manusia normal juga ingin melewati kehidupan dengaan pengalaman dan ilmu yang baru. Tak lama setelah aku menginjakan kaki di lingkungan yang baru Universitas Sebelas Maret Surakarta, sering aku melihat mahasiswa mengendarai kendaraan roda empat untuk pergi ke kampus.
Sadar kalau orang tua punya sesuatu yang menunjang keinginanku, aku berkeinginan untuk melatih keterampilan menyetir roda empat. Dengan ‘Si Hijau besar’ daihadsu Taft Rocky 90’ milik ortu. Yang saat itu pertama kali aku nyoba rasanya kikuk banget, yah namanya pertama kali.


Lalu setelah Rocky dijual, niatnya mau ganti yang lebih muda. Lalu setelah beberapa mingu, ayah menemukan harga yang cocok dengan dana yang telah di dapat, yaitu sebuah SUV Panther Touring tahun 04. Dengan gagah rupawan bodinya dan kekar pada mesinnya [diesel 2,5liter] tampak garang ketika melaju di jalanan, saya merasa cukup puas dengan yang dipunyai. Kemudian setelah beberapa saat baru sadar Touring ini bermesin matic [walau di pasaran lebih mahal drpd manual], aku sedikit gelo[Indonesia: kecewa], karena kurang gesit untuk bermanuver.
Karena di rumah ada nya Cuma Matik, aku cari tempat kursus mobil yang deket dari rumah. Setelah ketemu aku langsung daftar untuk paket kilat 10 jam. Yah walau harus merogoh kocek cukup dalam [350rb] aku harus yakin kalau dalam waktu kurang dr 10jam aku bisa dan mahir. Menurutku kursus hanya untuk menambah teknik timing injak kolpling dan gas dan mempersiapkan mental berkendara di jalan raya. Dalam latihan didampingi seorang instruktur yang berpengalaman dan sangat ramah jadi sangat enjoy banget. Keseluruhan sangat menyenangkan dan mudah diterima dalam praktek latihan. dalam 5 kali kursus, 4kali mengendarai Honda Jazz dan 1 kali menumpangi Xenia [pili honda Jazz donk]


Read More >>

Bangga Jadi Mahasiswa Teknik

Bangga Jadi Mahasiswa Teknik


Mmhh.. Iseng- iseng buat artikel ini.. sebenarnya mau share pengalaman aja.. Pertama kali temen-temen lulus SMA, pasti temen-temen sudah punya planning masing-masing toh?? Aku juga sudah punya planning, bagi sebagian temen-temen yang beruntung, pasti planning yang sudah direncanakannya berhasil atau tercapai, tetapi bagi yang belum beruntung??.. *THINGKING*
Aku mungking termasuk orang yang [belum] beruntung itu, tapi itu sih dulu, sebelum aku masuk dan mendalami jurusan aku, teknik mesin ini..
Sekarang aku sudah masuk ke semester 2, sudah cukup merasakan gimana sih dunia mahasiswa itu, meskipun belum sepenuhnya, n' aku jg belum ngerasain gimana klo menghadapi dosen untuk bimbingan praktek dan bla bla bla, tapi sejauh ini MENYENANGKAN!!… :-)

memang aku dulu gag kepikiran untuk menjadi seorang engineer [baca:insinyur], apalagi ketika aku gagal lolos SNMPT [aku milih fkip fisika n informatika] tapi sekarang sejak diterima vokasi teknik mesin produksi, aku berubah. Menurut aku itu COOL!! Kenapa?? Karena seorang engineer terutama dibidang Mesin, menurut aku mempunyai peran yang penting, contohnya saja tanpa engineer yang dapat merancang design sebuah produk,
apakah produk tersebut dapat dibuat?? Seorang dosen aku memberitahukan, sebelum kita membuat sebuah produk, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat drawingnya, dan menentukan bahan baku. Menurut aku itu sudah menggambarkan seberapa pentingnya engineer didalam sebuah perusahaan.. hha *SOK TAU* :-) bukan hanya jurusan aku, tetapi setiap jurusan yang temen-temen pilih mempunyai part yang sangat penting sekali di bidangnya masing-masing.. 
Temen-temen juga bakal merasa bangga terhadap engineer-engineer Indonesia klo melihat artikel ini....
>>>>> INSINYURINDONESIA 
Bagaimana?? Hhe.
Semua orang punya pendapat masing-masing kok... :-)
Tapi intinya, semua kegiatan yang temen-temen lakukan dengan sungguh-sungguh
pasti membawa hal yang baik ke diri kita sendiri..
Read More >>

SAHABAT

SAHABAT

sahabat adalah seseorang yang menemani kita disaat senang maupun duka
kadang juga ketika kita dalam keadaan senang dia tak ada, akan tetapi ketika kita sedih dia
selalu ada, itulah sisi lain dari seorang sahabat.

sahabat ditemukan bukan karena lamanya kita berteman, akan tetapi dia selalu
ada dalam kesedihan dan kesenangan, dia akan tersenyum manis ketika kita
bahagia akan tetapi dia akan menangis ketika kita bersedih.

dia seperti cahaya didalam kegelapan, dia seperti peri yang datang
membawa kegembiraan ketika kita bersedih, dia adalah ciptaan allah yang terindah
yang pernah kita temukan.

akan tetapi dia akan pergi jauh ketika kita tak membutuhkan, karena dia merasa
tugas dia sudah selesai untuk kita, dia akan meninggalkan senyuman yang indah
untuk bekal kehidupan kita dimasa yang akan datang......
Read More >>

Masihkah manusia??

manusia

apakah anda pernah merasa ketika anda kalah dan terjatuh tersungkur,
pernah kah anda menyalahkah sesuatu ketika anda kalah dan terjatuh?
a.orang lain c.tuhan
b.keadaan

apakah anda pernah diri anda merasa menang dan bangga,
pernahkah anda melibatkan sesuatu ketika anda menang dan bangga?
a.diri anda     c.takdir anda
b.kemampuan anda

perlukah cermin hidup pada diri anda?

rumus hidup apa ketika anda kalah dan ketika menang?



kita mulai bahas pertanyaan2 diatas:
kebanyakan orang ketika dirinya kalah atau terjatuh dalam masalah, kadang mereka
menyalahkan oarang lain,keadaan bahkan tuhan kita....coba anda fikir masalah
adalah keberhasilan,apakah anda akan selalu menyerah dan tersungkur?
dan seandainya tuhan akan memberitau kita keberhasilan yang luar biasa setelah kekalahan
apakah kita selalu berjuang?
memang manusia diciptakan untuk mencari rzky dan rahmad dari tuhan,akan tetapi
apakah jalan yang anda jalani itu benar dan tanpa menghiraukan sesuatu di sekeliling anda?


ketika anda menang dan jaya dalam diri anda,pernahkah anda membusungkan dada anda dan
merasa "inilah aku sang juara" dan juga mengagumi diri anda didepan orang2 dengan sedikit sindiran?
dan merasa semua masalah sangat mudah bagi anda untuk dilalui


memang didalam hidup ini banyak masalah yang kita lalui,dari masalah kecil hingga besar
yang berjalan didalam perjalanan hidup kita,kadang kita merasa jatuh hingga kita tak bisa
bangkit dan kita merasa juara hingga kita lupa daratan,semua ini memang sifat dasar manusia pada umumnya,
kita tidak munafik untuk menolak tentang pendapat diatas karena kita manusia yang diciptakan oleh tuhan memliki kekurangan dan kelebihan,
akan tetapi bila kita menyikapi semua masalah ini dengan selalu membawa cermin hidup,insyaallah dalam perjalanan hidup kita penuh makna dan berarti,
contoh halnya pada soal 1&2 seandainya jawaban diatas kita tukar, inipun juga beda maknanya...
ini semua bukan karena artikel yang mengkerdilkan pemikiran anda akan tetapi untuk memotifasi kita untuk melanjutkan hidup dengan semangat dan tidak putus asa,

rumus ini boleh anda gunakan  atau tidak karena hanya pemikiran anda yang mau atau bisa
untuk menerima semua artikel kecil ini
"lakukan yang terbaik dan lihatlah apa yang akan terjadi"
"JUJUR = PANGKAT + 100%"
"belajar dari alam"
"selalu mengucapkan TERIMAKASIH dan MEMINTA MAAF"
"TERSENYUMLAH DENGAN IKLAS " :->
Read More >>

Bryan “Cinta Itu Perjuangan”

Bryan “Cinta Itu Perjuangan”
 
Bryan, cowok paling keren dan paling cool sesekolahannya bahkan sampai kampung, benar-benar orang yang sombongnya nggak ketolongan! Nyebelin!
Aku tahu dia memang keren dan tajir. Otaknya lumayan pintar, malah termasuk juara kelas. Olahraga? Weits…jangan salah. Dia jago main sepak bola. Oke, aku akui dia memang punya banyak kelebihan yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Tapi yang menjadi nilai minus yaitu sifat playboy nya.
Rata-rata cewek yang pacaran sama dia nggak pernah lebih dari tiga bulan. Yang paling singkat hanya hitungan minggu! Lihat? Tahu sendiri gimana playboynya dia? Dan sekarang dia ‘nembak’ sahabat aku. Gila aja kalau sahabat aku sampai mau terima. Sahabatku namanya Dea.
Masih kuingat dengan jelas kejadian yang paling memalukan dalam hidupku itu. Kejadian sore hari yang benar-benar akan menjadi peristiwa yang mungkin tidak akan pernah terhapus dari ingatanku.
* * *
“De, aku mau kamu jadi pacarku. Kamu mau kan? Aku cinta banget sama kamu, dan aku yakin kamu bener-bener cinta sejati aku. True love aku. Aku yakin cuma kamu satu-satunya cewek yang pasti buat aku bertahan sama satu cewek aja! Aku yakin aku nggak bakal playboy lagi kalau jalan sama kamu. Akankah kamu percaya?”
Pengakuan Bryan yang begitu terang-terangan di tempat nongkrong benar-benar memalukan! Dia mengatakan kalimat seperti itu begitu dia menyandarkan sepeda motor barunya. Dia ini beneran juara nggak sih? Sopan santunnya mana? Apa dia nggak tahu apa dampaknya sama aku dan Dea kalau dia ngomong gitu?
 “Gimana, De? Kamu mau?” tanyanya sambil menatap kedua mata Dea dalam dengan posisi berlutut ala pangeran-pangeran dari negeri dongeng.
Dea hanya memandang ke kiri dan kanan, tempat kedua sahabatku duduk. Tapi, tidak ada gunanya. Mereka sedang memandang Bryan dengan begitu seriusnya. Serius dalam arti terpesona ngeliat dia.
Aku menarik nafas yang dalam sambil memejamkan mata. Lalu kutatap mereka berdua setelahnya.
“Aku nggak mau. Kamu kira aku bakal percaya gitu aja sama kamu, setelah kamu pacarin semua cewek sahabat aku. Lalu, apa yang bisa buat aku percaya kamu nggak bakal playboy lagi? Nggak ada jaminan untuk itu kan? Kamu selalu bermulut manis sama semua cewek yang kamu pacarin, dan kamu pikir aku juga bakal jadi seperti mereka, percaya rayuan gombal kamu begitu saja? Aku nggak bakal segampang itu percaya sama kamu.“Jelas Dea.
Oh my God! Bryan nyelonong nyium Dea di depan semua orang tentu saja depan mata ku juga! Dasar kurang ajar! Apanya yang juara kelas?! Sopan santun aja nggak tahu! Tata krama dan norma-norma pun dia tak tahu! Aduh..., sahabatku kenapa kau nggak langsung tampar Bryan saja! Aku bangkit dan mencoba menenangkan keadaan. Tapi Bryan tetap nggak ngegubris omongan aku.
“Cukupkah itu untuk sebuah bukti?” Tanya Bryan setelah melepas tangan Dea yang menggenggam erat.
Aku segera mengambil botol minumku, menenangkan pikiran, kemudian membasuh mukaku segera.
“Nggak bakal. It will never be! Kamu kira aku bakal percaya hanya dengan kamu. Nyium aku? Mungkin saja semua cewek juga sudah kamu perlakukan begitu, malah mungkin lebih!”kata Dea yang begitu lantang terdengar olehku.
Aku langsung menarik tangan Dea segera kuajak pulang kerumahnya, melewatinya begitu saja. Teman-teman yang berdiri di belakangnya semua terperangah melihatku berlari pulang. So what? Emangnya aku bakal peduli? Aku nggak peduli! Yang aku tahu, sekarang aku harus mengatar Dea pulang dan segera menyuruh Dea istirahat menenangkan pikiran.
* * *
Seminggu sudah berlalu sejak kejadian memalukan itu. Namun, tidak ada tanda-tanda Bryan akan menyerah untuk berusaha memacari Dea. Sebelum berangkat sekolah, bahkan sebelum Dea membuka pintu depan rumahnya, dia selalu sudah duduk menunggu di seberang jalan dengan motor lakinya. Tentu saja, teman-teman yang lewat apa lagi tetangga tidak ada yang mengusirnya. Mana mungkin ada yang mau!
Setiap pulang sekolah, dia juga selalu menawarkan diri untuk mengantarkan pulang dengan motornya. Maklum, Dea memang pulang sekolah naik angkot. Rumahnya tidak berada begitu jauh dari sekolah.
“Nggak mungkin nggak ada yang lewat! Pasti ada yang aneh! Mungkinkah ada kecelakaan yang menghambat jalan menuju sekolah? Argh… Sial!”Gumam Dea.
Saat Dea memutuskan untuk berjalan kaki untuk pulang, Bryan segera menarik tangannya, menahanku pergi.
“Aku antar kamu pulang. Bahaya kalau cewek secantik dan semanis kamu pulang sendiri.”
“Ogah! Gengsi!”Terang dea.
Tapi, dia tetap memaksa. Bahkan ketika Dea tetap ngotot dengan niatnya, Bryan tetap mengikutinya. Dia mengendarai motor begitu pelan sehingga bisa mengimbangi langkah Dea. Dia malah mematikan mesin motornya dan turun dari motornya. Dia berdiri di sebelah motornya dan berjalan sambil mendorong motornya agar bisa mengimbangi langkah Dea.
Sampai tengah jalan, dia terlihat begitu kelelahan. Wajar memang, sebab dia berjalan sambil mendorong motornya. Belum lagi ditambah teriknya matahari yang saat ini nggak bisa diajak kompromi. Sampai tengah jalan, Dea sengaja singgah ke warteg yang ada di pinggir jalan. Setidaknya agar dia bisa beristirahat dulu. Dea ke warteg hanya agar dia bisa beristirahat sejenak.
Ketika Dea lihat lelahnya sudah mulai hilang, Dea segera berdiri dan menunggunya di motornya.
“Ayo cepat! Aku mau pulang!” seru Dea tak sabaran karena dia hanya berdiri bengong sekitar setengah meter dari motornya.
“Rumah kamu di mana?” tanyanya yang sekarang sudah duduk di motornya.
Dea menjelaskan dimana letak rumahnya secara rinci. Bryan mengangguk dan menarik kedua tangan Dea, melingkarkan tangan ke tubuhnya. Saat Dea berusaha melepas tangannya, Bryan malah menahan dengan sebelah tangan.
“Sial! Mentang-mentang cowok, jadi bisa seenaknya karena tenaganya lebih gede. Curang!”Dea dalam hati.
“Kalau kamu nggak pegangan, aku nggak jamin kamu selamat sampai rumah. Jangan kamu kira aku nggak bakal ngebut, De. Itu bukan aku banget. Aku bukan tipe cowok yang tahan melaju pelan pakai motor.”
Biarpun dia memakai helm dan kata-katanya tidak begitu keras, Dea masih bisa mendengarnya. Karena wajahnya berada tepat di belakang Bryan.
Segera dia hidupkan motornya dan melaju kencang. Cepat banget, jantung Dea sampai deg-degan. Karena takut tentunya.
Begitu sampai di depan rumah, Dea segera turun dari motor. Air mata sudah ada di pelupuk matanya, hanya saja belum mengalir jatuh menuruni kedua pipinya.
“Lho, kamu kok nangis, sih, De?” tanyanya panik.
Dengan cepat diusaplah air matanya.Tentu saja Dea tak ingin terlihat seperti itu oleh Bryan. Tapi, air matanya tak bisa diajak kompromi. Air matanya malah mengalir tambah derasnya.
“Kamu gila, ya? Kamu sadar nggak, sih, kalau kamu tadi ngebutnya sudah kayak orang gila! Orang yang sudah nggak waras! Kamu sadar nggak yang tadi ada di belakang kamu itu seorang cewek! Kamu nggak mikir ya, Yan?”
Amarah Dea keluar semua. Kata makia keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya Dea tak bisa lagi melanjutkan kalimat-kalimatnya. Bryan menghentikan. Dengan cara yang paling ampuh di dunia. Dia mencium Dea untuk kedua kalinya!
Setelah beberapa detik terlewati. Segera Dea menampar pipinya. Namun, tamparan itu tidak akan  terasa sakit baginya. Sebab, tenaga Dea tiba-tiba melayang entah kemana semua.
“Aku belum gila, De. Aku tahu yang duduk di belakang aku itu seorang cewek. Seorang cewek yang aku sayangi, aku cintai.”
Dea hanya memalingkan wajahnya dan segera berbalik dan masuk ke rumah. Dea tinggalkan Bryan yang masih saja menatap ke arah pintu rumah. Dea tak peduli.
* * *
Beberapa hari sejak kejadian itu, dia tak lagi mendatangi Dea. Sepertinya dia sudah menyerah.
“Baguslah,” gumam Dea pelan. Tapi, entah mengapa, Dea merasa ada perasaan aneh yang menghampiri hatinya. Ada sedikit perasaan tak rela dan kehilangan.
Dea mencoba jalani hari-hari seperti biasa. Seperti saat Bryan belum masuk ke dalam kehidupannya. Tapi, perasaan kehilangan itu masih tetap ada. Ke mana pun kakinya melangkah.
Dea berusaha untuk tetap menjalani semuanya seolah tak pernah terjadi apa-apa. Hari ini, Dea bolos lagi menuju ke perpustakaan, mengambil buku yang dulu belum sempat selesai  dibaca dan duduk di tempat yang biasa. Tempat di mana Bryan untuk pertama kalinya tersenyum padanya. Tersenyum dengan begitu lembut.
Tanpa sadar, setetes air mata menuruni sebelah pipinya yang kemudian mulai membanjiri kedua pipi. Tangisnya tak mau berhenti, meski seberapa keras pun aku berusaha untuk menghentikannya.
“Apa? Apa yang salah denganku? Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Apa aku sudah terlanjur memberikan hatiku ini padanya?”
Tiba-tiba terdengar ada langkah yang mulai mendekati tempat Dea sekarang, segeralah Dea berusaha menghentikan tangisnya.
“B-Br-Bryan? Dia? Seorang Bryan datang ke perpustakaan? Saat jam pelajaran pula” gumamnya tak percaya.
“Wajah kamu memang tetap cantik walaupun kamu sedang menangis, De. Tapi senyum kamu tetap yang paling indah. Please, De. Jangan nangis lagi. Aku nggak tahan ngeliat kamu nangis. Aku juga menderita kalau melihat kamu nangis.”
 “Ya sudah, pergi aja biar kamu nggak ngeliat aku nangis,” jawab Dea ketus.
“Nggak ada gunanya, De. Di mana pun aku berada, kalau kamu lagi menangis, aku pasti menderita juga. Anytime. Anywhere.”
“Gombal.”
“Terserah kamu mau percaya atau nggak. Setidaknya, aku sudah selalu berusaha untuk jujur di depan kamu, De. Hanya di depan kamu. Aku belum pernah kayak gini sama cewek lain sebelumnya. Baru sama kamu seorang, dan aku rasa hanya akan begini sama kamu
Entah apa yang terjadi pada kelenjar air mata Dea. Dea yang semula kuat menahan tangis, sekarang begitu cengeng hanya dengan kata-kata gombal Bryan.
“Kamu kenapa nangis, sih, De? Cerita sama aku, barangkali tangis kamu bakal berhenti.” Bryan sudah duduk di sebelah Dea dan mengusap sebelah pipi Dea dengan ibu jarinya.
“Ak-aku juga tak tahu, sejak kamu nggak pernah ngedatengin aku lagi, ada perasaan kehilangan di hati aku. Aku pikir lama-lama perasaan itu bakal menghilang bgitu saja, tapi sampai sekarang perasaan itu nggak hilang-hilang juga,” Kata Dea panjang lebar sambil menangis.
 “Itu masalah yang simpel banget, De. Itu tandanya kamu sayang sama aku, kamu cinta sama aku. Kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku. Semua perasaan kamu itu sama kayak perasaan aku ke kamu.” Dia membelai kepala Dea pelan.
“Tapi, kamu pasti bakal mainin aku juga seperti cewek-cewek kamu semua. Kamu nggak serius sama aku. Kamu Cuma mau mainin aku.”
“Kamu salah besar, De. Aku cinta sama kamu. Aku bener-bener cinta sama kamu. Sudah lama banget! Cuma, susah nyari info tentang kamu. Aku usaha keras banget cuma buat nyari tahu di mana kelas kamu.”
Dea hanya bisa melongo. Tak menyangka dia berbuat begitu. Tapi, Dea melarang hatinya untuk percaya begitu saja padanya. Dan, seolah dapat membaca pikiran Dea, dia menjawab,
“Sebenarnya ceritanya panjang banget, tapi aku rasa kalau aku nggak cerita semuanya kamu nggak bakal percaya sama aku, ya kan?”
Dea mengangguk pelan. Dia menarik nafas panjang, mengubah posisi duduknya menghadap meja, Bryan mulai bercerita panjang lebar hingga beberapa menit.
Dan akhirnya Bryan minta maaf atas kejadian  memalukan yang telah terjadi.
“Aku minta maaf, De. Maaf banget! Yang pertama kali itu karena aku sudah nggak tahan banget ngeliat kamu di depan aku terus. Kamu nggak pernah ada di depan aku selama itu sebelumnya, juga sebagai bukti yang kamu minta. Dan, akhirnya aku nggak berhasil nahan diri aku untuk nyium cewek yang aku cintai banget. Yang kedua karena aku bener-bener nggak tahan ngeliat kamu nangis, De. Seperti yang aku bilang tadi. Kamu mau maafin aku kan?”
Setelah menimbang-nimbang, Dea mengangguk kecil. Entah apa yang mendorong kepalanya untuk mengangguk saat itu. Dea sendiri pun tak mengerti. Akhir-akhir ini tubuhnya tidak pernah mau mendengarkan perintah saraf otaknya.
“Makasih banget, De. Aku nggak mau kamu benci sama aku. Ngeliat kamu nangis emang buat aku menderita, De. Tapi, kalau melihat kamu yang benci sama aku, aku lebih baik mati, De. Aku nggak sanggup.”
 “So, gimana, De? Kamu mau nerima aku? Nerima cinta aku ke kamu?” tanyanya yang sudah membetulkan letak duduknya dan menghadap ke arah Dea. Dia menatap langsung kedua mata Dea. Saat  mau memalingkan wajah, dia segera menahannya dengan sebelah tangan.
“Kalau kamu bener-bener nggak mau jadi pacarku, aku yakin kamu bisa ngejawab itu tanpa memalingkan tatapan mata kamu dari aku.”
Oh my God!! Dea tak bisa apa-apa lagi, sebab tangannya tetap menahan wajah Dea. Dea menatap matanya takut-takut. Biarpun matanya memandang Dea langsung, matanya tetap terlihat begitu lembut saat menatap.
“A-ak-aku… aku… ng-nggak b-bi-bisa, Yan. A-aku nggak bis-bisa.“ Bryan menaruh jari telunjukknya di bibir Dea, menyuruh Dea diam.
Hening.
Diam menyelimuti.
“Alright,” kata Bryan dengan begitu putus asa sebelum Dea menyelesaikan kalimatnya. “Aku juga nggak bisa maksa aku, tapi akhirnya kamu bisa ngebiarin aku tetep berada di dekat kamu kan? Ada di sekitar kamu?”
“Heh! Kalimat aku belum selesai, kamu udah main motong aja! Ya udah!” Dea pura-pura ngambek.
“Lho? Tapi intinya kan kamu nolak aku juga kan?”
“Aku nggak bisa nolak kamu, Yan. Aku sadar, sepertinya kamu udah berhasil ngebuat aku jatuh cinta sama kamu. Tapi, karena kamu udah berasumsi lain, apa daya. Aku cuek aja, deh!” Dea segera berdiri untuk melangkah pergi tapi dia langsung menahan dea. Dia meraih pergelangan tangannya.
“Sorry, tapi aku bener-bener nggak bisa nahan diri,” ucapnya pelan di telingaku. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Well, Dea sudah menemukan cintanya. Sekarang Dea benar-benar bahagia. Kini seorang sahabat telah hilang dan telah ada yang memiliki.
*Sekian*
Read More >>

Cinta Menunggu Layu

Cinta menunggu Layu
Tak sadar ketika sebuah kesempatan datang, yang mungkin untuk terakhir kalinya menghampiri kita. Sekejap lalu menghilang tanpa terulang. Hati ini mencari tempat yang tepat untuk bersandar, sekian lama berteduh di kesunyian tanpa ada kejelasan. Gerimis rindu tiada hentinya membasahi senja yang tak bertepi. Kini munculah sesosok pelangi di antara rintik itu. Secerca harapan kembali terkuak, untuk mendapatkan secuil perhatian.
Hufff :’( , , ..  jauh di relung hati aku bertanya,”sebenarnya aku berani gak sih nembank doi?” kalau ditanya seperti itu jawabanya ngambang banget. Saat jauh ngerasa rindu <3 lalu ada niat tuk nembak, tapi saat udah ketemu malah kaya orang kesamber bledekkk. Kikuk banget rasanya, :] kalo ngobrol juga mau ngobrol apaan gitu, garing dah suasana. Jamannya SMA dulu ya, aku kenal dia dari Sosial Media, seinget ku yang nge Add dia, langsung aja konfirm. Ya gara-gara tim bolanya sama, nyambung dah kalo chatting. Bukan hanya masalah bola yang diomongin, dari kebiasaan sekolah ampe yang gak karuan omong apa ane juga ga ngerti. Nyambung dah pokok nya, klop banget. Karena udah sering nya nge’Wall’ hingga penuhnya bajibun banget, sampai-sampai temen nya yang kebetulan satu les dengan ku di salah satu bimbel ternama di Sukoharjo menanyai hubungan ku dengan doi. Sial bener ni orang tanay beginian, padahal bertatap muka aja belum pernah sekalipun. Karena itu mungkin dia minta nomor Ponsel ku, lewat PM aku beri dia. Malem nya sms ke ponsel ku, yah sMesan deh. Tapi aku gak punya rasa apa-apa ama dia, aneh bukan? padahal dulu aku udah punya gandengan. Aku kan orang nya jujur n gak sombong, selalu balas yang sms ketika punya pulsa. . ihihi. Oke back to the topic, bertahan lama sih sms an, hingga saat kelulusan sama-sama dapat nilai yang bagus. Diterima universitas yang sama pula yaitu UNS, tapi beda fakultas.
Aku fakultas teknik, dia fakultas ekonomi. Walau letak fakultas gak terlalu jauh, tapi tetep jarang ketemu (sama-sama sibuk kaleee mikirin kuliah nya masing-masing). Paling ketemu cuma saat ada keperluan, seperti nitip barang atau minta tolong gitu. Yah paling 5 menit labih dikit lah, hahaha :lol . .! kalau ketemu mau ngajak ngobrol lama udah sore bahkan udah malam, mau gimana lagi? Badan udah capek kuliah. Dia sih nge kost di samping fakultas teknik, aku yang ‘Nglajow’ dari rumah ke kampus gak pernah ketemuan ma doi. Kadang saat Hari Jum’at(UNS 5 hari aktif seminggu) aku berniat ngajak  doi bareng pulang ke rumah karena se kota tapi pasti ada aja kesibukkan. Gak pernah kesampaian deh niatan aku. Alamaakkk susah banget ngejalin hubungan!!!
Suatu waktu, berhari-hari dia gak sms aku, udah aku biarin aja, “aku yang jual mahal” pikirku. Mendadak sms dengan isi nya tersirat kalo dia kangen ama seseorang atau mungkin sesuatu. Dia bertanya,”Gam, seandainya dihadapan mu ada seorang cewe yang menangis, apa yang kamu lakuin?” Dengan sifat humorku yang tinggi aku menjawab,”Jikalau yang menangis adik ku(perempuan) pasti aku akan membelikan permen dan mencari ibu ku.” Dan jawaban itu sepertinya kurang tepat pada saat itu, di membalas sms ku, kalau dia bertanya serius. Mungkin karena udah mengantuk, aku tak membalas sma nya. Lalu dilain kesempatan aku menelfon dia, dan tak bermaksud untuk apa-apa Cuma basa-basi doank. Aku juga masih dipertanyai hal yang sama, “Apa yang kamu lakuin saat perempuan di hadapanmu menangis?” Tak ingin mengulangi hal yang sma, dengan tenang aku menjawab, “Aku mungkin akan duduk disampingnya lalu betanya kenapa ada mutiara jatuh di pipi nya. Ada apa sih?” Dia hanya menjawab,”Owh gitu ya, ya udah ga da apa-apa kok.” Semenjak itu jarang smsan yang panjang dengan nya.
Mungkin tidak banyak aku mengetahui kehidupannya. Tapi kadang aku melihat status di SosMed nya di mempunyai sosok kerinduan yang telah lama ditinggal jauh oleh seseorang. Aku menjadi bimbang antara akan mengasihi atau mencintainya. Dia bahkan menulis status khusus untuk seseorang tersebut. Sadar dengan hal itu, aku mulai mencari tahu siapa seseorang itu. Terjawablah sudah sambil mengerjai aku menanyakan padanya tentang hal itu. Benar saja! Ternyata! Aku di jadiin obyek pelarian rindu. Aku tetap berpikir positif, mungkin aku terlalu menganggap serius. Lama-kelamaan aku terbiasa tentang semuanya, aku mulai berlari menggapai hal baru. Yaitu ingin menggantikan sosok rindu itu. Hal yang paling aku benci dari nya adalah “Menitik beratkan apa yang telah terjadi yang berlalu dan terlalu menganggap enteng diriku.” Tapi enyahlah hal itu, biar semua pasti I kwow everythink will be okay. Hahaha :ngakak  sok inggris loe Gam. .
Mendadak inget kalau dia udah tau rumah tempat tinggal ku, aku bergegas merencanakan untuk mencari letak rumahnya. Berputar-putar keliling daerah rumahnya, tapi gak pernah ada kepastian. Inget kalau punya temen yang mungkin tetangganya, aku sms temen SD ku tuk Tanya letak rumah Doi. Sms nya gak jelas, daripada gak jelas dan gak karuan salah alamat orang, aku langsung go on ke rumah temen sd ku itu. Malam-malam aku bertamu, 2 jam betah omongin yang gak jelas. Akhirnya tau letak rumahnya. Aku lewati rumah itu, dalam hati,”Owh ini toh rumahnya.” Aku langsung pulang tuk tidur aja.
Dikit demi dikit aku tahu apa dalam kehidupannya, mulai dari kesukaan yang berlawanan dariku ada pula yang sama seperti aku. Kebiasaan yang kadang buatku aneh. Kata-kata mutiara yang tersemat di sms nya yang buatku sadar akan hal yang baru, dan sejumlah teman yang biasa dia ajak ngobrol.  Tapi seseorang telah mengisi ruang rindu nya, aku takut kalau pintu hati nya telah terkunci.
“ Adakah kau beri kunci pintu hatimu??”
Aku tak akan membiarkan bunga ini layu dan mati
“I know that is a big question”

Read More >>

Twitter

 

About Me

My Photo
gama
aku hanya Gama
View my complete profile